Rabu, 22 Mei 2013

Pentingnya Merawat Gigi Sejak Dini



Anak-anak yang berusia lima hingga 10 tahun masih berada dalam masa mempelajari segala hal. Apabila mereka dibiasakan belajar perilaku baik, mereka akan terbiasa melakukan kebiasaan baik hingga tua nanti. Hal itu juga terjadi saat membiasakan menyikat gigi yang benar secara teratur pada anak-anak. “Apalagi, jika caranya dibuat menyenangkan,” kata Dekan Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia Bambang Irawan Sosrosoedirjo. Saat mengajarkan pentingnya menyikat gigi orang tua harus mendampingi anak mereka. Minimal selama 21 hari pertama.
Dalam 21 hari tersebut, dibagi menjadi tiga tahapan. Tujuh hari pertama adalah masa pengenalan pada kebiasaan baik. Dalam masa ini, orang tua harus berusaha membuat anak tertarik. Misalnya, dengan cara menari bersama, bercerita, atau cara lain yang disukai anak-anak.
“Orang tua juga harus melakukan kebiasaan baik tersebut, kalau tidak, anak akan langsung menolak diajak menyikat gigi,” kata Direktur Lembaga Psikologi Daya Insani Sani Hermawan. Tujuh hari selanjutnya, menurut Sani, adalah masa pengulangan. Semakin banyak anak menyikat giginya secara teratur, yaitu pagi dan malam sebelum tidur, anak akan semakin hafal dan mulai menikmati.
Namun, masa ini juga masa yang paling susah. Anak-anak sudah mulai jenuh, semangat menurun, dan banyak bertanya kegunaan menyikat gigi ini. Hal ini bisa diatasi dengan menciptakan baru memberikan pemahaman yang menyenangkan bagi anak. Orang tua bisa menjadi motivator dan berusaha menyenangkan anak. Misalnya, dengan membelikan sikat gigi dengan warna kesukaan anaknya. Dalam tujuh hari terakhir, adalah masa penguatan menuju pemantapan. Diharapkan, setelah 21 hari teratur menjalani sikat gigi dengan hati yang menyenangkan, perilaku ini bisa terbentuk secara permanen menjadi suatu kebiasaan baik.
“Selain itu, hubungan emosional antara orang tua dan anak pun makin dekat,” tutur Sani. Membangun kesadaran dan melatih kebiasaan baik pada anak-anak.
Harus dilakukan sedini mungkin dan dengan melalui cara yang kreatif. Salah satunya adalah dengan kegiatan menari sebagai kegiatan yang menyenangkan untuk anak-anak. Dalam kampanye ini, selama 21 hari anak-anak diajarkan untuk membiasakan sikat gigi dengan tepat dan rutin diselingi tarian. Selain itu, kampanye ini diharapkan dapat membantu orang tua menemukan cara yang unik, menyenangkan, sekaligus edukatif dalam mengajarkan kebiasaan baik pada anak. Menurut Bambang, permasalahan terbesar yang ditemui saat memeriksa gigi anak-anak adalah gigi berlubang. Rata-rata, anak-anak mempunyai empat gigi yang berlubang dari keseluruhan giginya. Hal ini karena 52 persen di antara mereka belum menerapkan cara sikat gigi yang benar. Padahal, adanya kerusakan di gigi bisa menyebabkan penyakit lain. Bakteri yang ada di gigi berlubang bisa masuk bersama makanan ke saluran pencernaan, kemudian menyebar ke seluruh tubuh bersama darah. Ketika anak anak mengalami sakit gigi, juga akan berpengaruh pada asupan nutrisi yang masuk ke tubuhnya. “Mereka pasti tidak mau makan,” ujarnya.
Asupan nutrisi sangat diperlukan anak-anak untuk masa pertumbuhannya. Agar kasus gigi berlubang ini berkurang. Caranya adalah dengan menanamkan kebiasaan baik sikat gigi dengan tepat dan teratur. “Terutama, sebelum tidur karena itu yang paling susah,” kata Bambang. Dengan memberikan cara yang asyik untuk anak-anak, seperti menari dan didampingi orang tua, akan membuat anak-anak pun tak merasa terpaksa menyikat giginya.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar