Anak-anak yang berusia lima hingga
10 tahun masih berada dalam masa mempelajari segala hal. Apabila mereka
dibiasakan belajar perilaku baik, mereka akan terbiasa melakukan kebiasaan baik
hingga tua nanti. Hal itu juga terjadi saat membiasakan menyikat gigi yang
benar secara teratur pada anak-anak. “Apalagi, jika caranya dibuat
menyenangkan,” kata Dekan Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia
Bambang Irawan Sosrosoedirjo. Saat mengajarkan pentingnya menyikat gigi orang
tua harus mendampingi anak mereka. Minimal selama 21 hari pertama.
Dalam 21 hari tersebut, dibagi
menjadi tiga tahapan. Tujuh hari pertama adalah masa pengenalan pada kebiasaan
baik. Dalam masa ini, orang tua harus berusaha membuat anak tertarik. Misalnya,
dengan cara menari bersama, bercerita, atau cara lain yang disukai anak-anak.
“Orang tua juga harus melakukan kebiasaan baik
tersebut, kalau tidak, anak akan langsung menolak diajak menyikat gigi,” kata
Direktur Lembaga Psikologi Daya Insani Sani Hermawan. Tujuh hari selanjutnya,
menurut Sani, adalah masa pengulangan. Semakin banyak anak menyikat giginya
secara teratur, yaitu pagi dan malam sebelum tidur, anak akan semakin hafal dan
mulai menikmati.
Namun, masa ini juga masa yang
paling susah. Anak-anak sudah mulai jenuh, semangat menurun, dan banyak
bertanya kegunaan menyikat gigi ini. Hal ini bisa diatasi dengan menciptakan
baru memberikan pemahaman yang menyenangkan bagi anak. Orang tua bisa menjadi
motivator dan berusaha menyenangkan anak. Misalnya, dengan membelikan sikat
gigi dengan warna kesukaan anaknya. Dalam tujuh hari terakhir, adalah masa
penguatan menuju pemantapan. Diharapkan, setelah 21 hari teratur menjalani
sikat gigi dengan hati yang menyenangkan, perilaku ini bisa terbentuk secara
permanen menjadi suatu kebiasaan baik.
“Selain itu, hubungan emosional antara orang tua dan
anak pun makin dekat,” tutur Sani. Membangun kesadaran dan melatih kebiasaan
baik pada anak-anak.
Harus dilakukan sedini mungkin dan
dengan melalui cara yang kreatif. Salah satunya adalah dengan kegiatan menari
sebagai kegiatan yang menyenangkan untuk anak-anak. Dalam kampanye ini, selama
21 hari anak-anak diajarkan untuk membiasakan sikat gigi dengan tepat dan rutin
diselingi tarian. Selain itu, kampanye ini diharapkan dapat membantu orang tua
menemukan cara yang unik, menyenangkan, sekaligus edukatif dalam mengajarkan
kebiasaan baik pada anak. Menurut Bambang, permasalahan terbesar yang ditemui
saat memeriksa gigi anak-anak adalah gigi berlubang. Rata-rata, anak-anak
mempunyai empat gigi yang berlubang dari keseluruhan giginya. Hal ini karena 52
persen di antara mereka belum menerapkan cara sikat gigi yang benar. Padahal,
adanya kerusakan di gigi bisa menyebabkan penyakit lain. Bakteri yang ada di
gigi berlubang bisa masuk bersama makanan ke saluran pencernaan, kemudian
menyebar ke seluruh tubuh bersama darah. Ketika anak anak mengalami sakit gigi,
juga akan berpengaruh pada asupan nutrisi yang masuk ke tubuhnya. “Mereka pasti
tidak mau makan,” ujarnya.
Asupan nutrisi sangat diperlukan
anak-anak untuk masa pertumbuhannya. Agar kasus gigi berlubang ini berkurang. Caranya
adalah dengan menanamkan kebiasaan baik sikat gigi dengan tepat dan teratur.
“Terutama, sebelum tidur karena itu yang paling susah,” kata Bambang. Dengan
memberikan cara yang asyik untuk anak-anak, seperti menari dan didampingi orang
tua, akan membuat anak-anak pun tak merasa terpaksa menyikat giginya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar